Surabaya – Bagian Patologi Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG UNAIR) mengimplementasikan keilmuan mengenai tanggap kesehatan gigi dan mulut pada Pengmas masyarakat hari Jumat 25 Agustus 2023. Kegiatan itu berlangsung di Wilayah Puskesmas Jaddih, Kabupaten Bangkalan-Madura. Pengabdian kepada masyarakat tersebut mengusung tema Pendidikan, Pelatihan dan Pemberdayaan Guru Tanggap Kesehatan Gigi dan Mulut Wilayah Puskesmas Jaddih, Bangkalan Sebagai Upaya Dini Pencegahan Karies dan Peningkatan Angka Kunjungan Anak ke Poli Gigi.

Pengmas Patologi Mulut

Kesehatan gigi dan mulut penting untuk selalu dijaga karena dapat mempengaruhi Kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai mikroorganisme ke dalam tubuh, sehingga kebersihan dan kesehatannya mutlak harus dijaga. Kesehatan gigi dan mulut anak merupakan hal yang harus mendapat perhatian lebih sejak saat pertumbuhan gigi susu untuk menghindari masalah gigi dan mulut selanjutnya. Usia prasekolah merupakan usia yang cukup rentan mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut. Adanya masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak usia pra-sekolah dapat berdampak pada menurunnya derajat kesehatan. Namun tidak adanya data kesehatan gigi dan mulut anak usia pra-sekolah dan rendahnya angka kunjungan anak di pelayanan kesehatan gigi dan mulut setempat, menyulitkan puskesmas untuk menentukan kebijakan-kebijakan terkait Kesehatan gigi dan mulut anak usia dini. Banyak faktor yang menjadi penyebab dalam kondisi ini, salah satunya adalah tidak sampainya edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut kepada anak dan orang-orang yang berada di lingkungan terdekatnya, salah satunya adalah guru di sekolah, dalam hal ini adalah guru TK dan paud di wilayah Puskesmas Jaddih.

Langkah utama yang dilakukan oleh tim adalah untuk memberikan pendidikan, pelatihan, dan pemberdayaan terhadap guru-guru sehingga tanggap akan kesehatan gigi dan mulut dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang pemeriksaan gigi secara sederhana kepada para guru-guru di wilayah Puskesmas Jaddih, Kabupaten Bangkalan-Madura.

“Masa anak-anak yang berusia di antara 6-14 tahun merupakan masa yang kritis, karena pada masa ini pertumbuhan gigi-geligi pada anak-anak memasuki pertumbuhan gigi-geligi campuran, dimana pada pertumbuhan gigi-geligi campuran telah tumbuh gigi permanen yang menggantikan gigi susu. Sekali gigi permanen tersebut telah tumbuh, maka tidak akan tumbuh lagi gigi. Gigi susu juga penting untuk menjaga ketersediaan tempat yang dibutuhkan agar gigi-geligi permanen dapat tumbuh secara sempurna. Sehingga adanya penyakit baik pada gigi-geligi susu maupun gigi-geligi permanen dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang gigi-geligi anak ke depannya. Selain itu, perlu diperhatikan pula kebiasaan-kebiasaan baik dan buruk yang mungkin dilakukan oleh anak-anak karena kebiasaan-kebiasaan tersebut juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan gigi-geligi sulung maupun permanen”, ucap Prof. Dr. Retno Pudji Rahayu, drg., M.Kes., Sp.PMM(K) dan Prof. Dr. Theresia Indah Budhy, drg., M.Kes., Sp.PMM(K) selaku anggota tim dari pengabdian masyarakat.

Pemberian edukasi pada anak-anak tentu tidak semudah memberikan edukasi kepada orang dewasa yang telah memiliki kesadaran diri dalam mejaga kesehatan gigi dan mulut. Edukasi kesehatan gigi dan mulut pada anak membutuhkan kerjasama dengan lingkungan sekitar secara berulang dan kontinu, agar pengetahuan dapat tertanam dan menimbulkan kesadaran yang mendalam pada anak-anak. Tentu dalam mewujudkan hal tersebut, peran lingkungan merupakan kunci utama untuk menimbulkan kesadaran pada anak-anak dan membentuk kebiasaan. Lingkungan tersebut dapat berupa orang tua maupun guru dari anak yang memiliki peran dalam mengedukasi dan mengayomi anak di kesehariannya. Oleh karena itu

wawasan kesehatan gigi dan mulut dari guru juga merupakan faktor krusial untuk membentuk lingkungan dan kebiasaan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik. Lebih lanjut, Sisca Meida Wati, drg., M.Kes., Ph.D selaku ketua dari pengabdian masyarakat memaparkan bahwa perlu dibentuk kader kesehatan gigi yang dapat diperankan oleh guru-guru di sekolah, karena guru-guru merupakan orang tua kedua yang bertugas untuk mengawasi tumbuh kembang anak-anak ketika di sekolah, dapat pula disebut bahwa guru merupakan wakil orang tua anak-anak di sekolah sehingga dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat membentuk kader-kader baru yang dapat mengawasi kesehatan gigi serta tumbuh kembang gigi pada anak-anak. Kader-kader yang telah terbentuk selanjutnya dapat menjaga dan mengawasi tumbuh kembang gigi-geligi pada anak-anak sehingga dapat meminimalisasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

Pengmas Patologi Mulut

Penyuluhan yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian masyarakat tersebut juga dilakukan dengan melibatkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga yang sedang mengambil tugas akhir di Bagian Patologi Mulut dan Maksillfasial. Mahasiswa tersebut diarahkan untuk memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara menggosok gigi dengan benar menggunakan model gigi (phantom) dan pada kegiatan ini juga diadakan demo secara langsung cara melakukan pemeriksaan gigi secara sederhana dengan menggunakan alat-alat, seperti: kaca mulut, pinset, dan sonde.

“Kegiatan tersebut merupakan kegiatan awal pengabdian masyarakat ini, karena akan dilakukan lagi kegiatan pengabdian masyarakat lanjutan yang akan mencakup para peserta dari guru-guru di Wilayah Kabupaten Bangkalan-Madura dengan ruang lingkup yang lebih luas lagi, sehingga dapat meminimalisasi resiko kejadian lubang pada gigi dan meningkatkan fase tumbuh kembang gigi pada usia anak-anak” pungkas Sisca Meida Wati, drg., M.Kes., Ph.D. (FS dan SMW)

source
https://unair.ac.id/