Surabaya, fkg.unair – Kanker mulut adalah salah satu penyakit yang cara pengobatannya masih terus dikembangkan. Hingga saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan kanker mulut dengan sempurna tanpa efek samping. Pilihan pengobatan yang ada, mulai dari pembedahan, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasinya masing-masing memiliki efek samping.  

Mendalami masalah itu, dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Inovasi Terapi Kanker Rongga Mulut Melalui Target Lingkungan Mikro Tumor”, Prof Dr Hendrik Setia Budi drg MKes PBO menawarkan solusi alternatif pengobatan kanker menggunakan bahan-bahan alami melalui Lingkungan Mikro Tumor (TME).

Terapi Tumor Prof Udijanto

“Adanya sel kanker tersisa pasca kemoterapi dan radiografi akan menyebabkan sel kanker menjadi resisten. Waktu terapi makin panjang dan berdampak efek samping pada sel normal,” ungkapnya pada pengukuhan sebagai guru besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR), Senin (5/9/2023) kemarin.

Menurutnya, Lingkungan Mikro Tumor atau TME dapat memberikan pendekatan baru untuk terapi tumor. TME sendiri merupakan lingkungan yang terdiri dari beragam sel dengan molekul yang disekresikan dari sel kanker dan sel normal untuk mengeluarkan berbagai sinyal dan faktor pertumbuhan untuk proliferasi sel kanker. Sel kanker dan stroma melepaskan beberapa faktor untuk menarik sel imunosupresif dan pro tumor. Mereka dapat menginduksi infiltrasi sel supresor turunan myoloid, makrofag terkait tumor, Sel T regulator ke dalam tumor.

“Sel-sel tersebut akan menekan aktivitas sel imunitas anti kanker. Sitokin, Emokin, dan Eksosum, serta molekul lain yang dilepaskan oleh sel ini akan mempengaruhi proliferasi dan respon sel kanker terhadap terapi,” jelasnya.

Disinilah pemanfaatan bahan-bahan alam menjadi salah satu kunci agar risiko dari pemanfaatan pengobatan kanker lebih rendah. Ia mengatakan, kandungan senyawa aktif dari bahan alam seperti asam heksadekanoat, kurkumin, kuersetin, melatonin, resveratrol memiliki kemampuan dalam mengubah lingkungan mikro tumor atau TME sehingga dapat dikembangkan sebagai pengobatan alternatif kanker mulut.

Senyawa alami memiliki penyerapan atau absorpsi dan bioavailabilitas cukup rendah sehingga efikasi penggunaannya akan berkurang. Oleh karena itu, bahan alam tidak dapat menjadi komponen tunggal obat anti-kanker. Perlu dikombinasikan dengan metode yang tepat. Salah satunya dengan membuat sediaan dalam bentuk nanopartikel agar senyawa aktif antikanker mampu memodulasi TME secara efektif.

Sebagai informasi, hingga kini hanya beberapa negara yang menggunakan pendekatan ini. Prof Hendrik mengatakan, topik terapi TME masih menunjukkan kebaharuan sehingga dapat berkembang lebih banyak lagi. Itulah juga yang membuatnya menjadi salah satu pengembang TME di Indonesia karena melihat prospek perkembangannya di masa yang akan datang. (*) (err)

source
https://unair.ac.id/