Surabaya, fkg.unair – Teknologi terkini dapat sangat bermanfaat bagi dunia ilmu kedokteran gigi. Atas dasar tersebut, tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG Unair) mengulasnya melalui Literature Review dan mendapatkan Juara I dalam Dentistry Scientific Meeting 2023.

Capaian yang berarti menambah daftar perolehan prestasi mahasiswa FKG Unair tersebut diumumkan pada Sabtu (18/11/2023). Kegiatan diselenggarakan secara daring oleh “tuan rumah” yakni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI).

Tiga mahasiswa FKG Unair yakni Mohammad Iqbal, Sesaria Junita Mega, dan Rizentya Salsabila, membahas mengenai peran teknologi 3D Compueter-Assisted Piezocision Guide dalam optimalisasi advance therapy pada bidang Ortodonsia. Studi yang mereka lakukan mengulas solusi dari kombinasi teknologi CBCT dan Piezocision.

“Kami membahas kedua teknologi yang meningkatkan akurasi prosedur pendekatan tindakan bedah. Tujuannya yakni agar mampu mempercepat durasi terapi ortodonti pasien, namun minim efek samping terhadap jaringan vital di sekitar dento-maksilofasial,” terang Rizentya selaku perwakilan tim.

Setelah melakukan studi pada 12 literatur, hasilnya 3 di antaranya menunjukkan bahwa penggunaan 3D Computer Assisted Piezocision Guide memiliki akurasi yang tinggi. Hal itu apabila berbanding dengan terapi yang hanya menggunakan Piezocision tanpa guide dengan akurasi 53%.

Motivasi Berkompetisi

Rizentya dan kedua temannya memiliki motivasi khusus sehingga memutuskan turut dalam komperisi tersebut. Karena meninjau dari data Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia (Riskesdas RI) pada tahun 2018, pravelensi malokusi di Indonesia sebesar 80%.

“Artinya kondisi kesehatan rongga mulut masyarakat Indonesia masih rendah yakni 57,6% pada tahun 2018. Oklusi masyarakat banyak mengalami kelainan sehingga perlu diberikan perawatan seperti dengan pemasangan behel atau brecket. Kedua piranti ortodonti cekat tersebut membutuhkan terapi yang cukup lama, sehingga perlu adanya terapi adjuvan dengan pendekatan non-invasif seperti Piezocision,” jelas Rizentya.

Melalui kemajuan teknologi, Piezocision dapat menjadi solusi atas permasalahan rongga mulut dan mengoptimalisasi prosedur yang telah ada. Sehingga dapat menjadi acuan para klinisi dan praktisi kedokteran gigi di Indonesia dalam menangani pasien dan meningkatkan kualitas kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.

Ada Kendala dan Kemudahan

Sebagaimana dalam sebuah proses, Rizentya dkk juga mengalami berbagai macam kendala dalam menyelesaikan Literature Review mereka. Bukan hal yang mudah untuk membagi waktu mereka dengan kegiatan co-ass dan skripsi.

Melalui dukungan penuh dari fakultas dan universitas serta bimbingan Dr Ananda Firman, drg, M.Kes, mereka berhasil mengalahkan 16 tim lain dari berbagai FKG skala nasional.

“Kendala tidak menjadi halangan. Sebisa mungkin di tengah kesibukan kami tetap melakukan brainstorming, berdiskusi untuk penentuan tema karya tulis, konsultasi dengan dosen pembimbing, hingga penyusunan karya sampai final dan mempresentasikannya,” cerita Rizentya.(gds)

source
https://unair.ac.id/