Surabaya, fkg.unair – Departemen Odontologi Forensik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG Unair) telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Tokyo Dental College. Perjanjian atau Memorandum of Understanding (MoU) ditandatangani pada Senin (24/4/2023). Saat ini, kerja sama tersebut dalam tahap pengembangan dan perbaharuan teknis.

“Saat ini para pimpinan di Dekanat FKG Unair sedang mempersiapkan tahap yang lebih lanjut. Ada tim yang berangkat ke Jepang,” ujar Prof. Dr. Mieke Sylvia Margaretha Amiatun Ruth, drg., MS., Sp.OF(K) selaku perwakilan akademisi Departemen Odontologi Forensik FKG Unair sekaligus salah satu pakar kedokteran gigi forensik Indonesia.

Bersama Tokyo Dental College, FKG Unair menjalin kerja sama di berbagai bidang forensik terutama dalam hal identifikasi. Selain itu juga ada kerja sama hukum, penentuan gender dan usia, serta lainnya.

“Kerja sama diterapkan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan. Akan ada mahasiswa FKG Unair yang berangkat ke Jepang guna bertukar pengalaman dengan mahasiswa di sana. Tujuannya agar bisa saling mengembangkan pengalaman melalui tukar cerita masing-masing,” tutur Prof. Mieke.

Perbedaan penerapan Odontologi Forensik di Indonesia dan Jepang diharapkan mampu memperluas wawasan mahasiswa. Ditambah dengan cerita dari mahasiswa yang lain, maka mereka akan semakin memahami keilmuan Odontologi Forensik dan bisa langsung mendapatkan solusi bersama jika ada kendala.

“Karena kalau di Indonesia, kita tidak punya data antemortem (rekam medis saat masih hidup, Red). Jadi ketika ada identifikasi jenazah maka hanya mengandalkan data postmorthem (data saat seseorang sudah meninggal, Red) yang kita terus pelajari. Tetapi kalau di Jepang mereka punya antemortem sehingga ketika tahu bahwa di Indonesia hanya mengandalkan data postmortem, mereka sangat takjub,” jelas Prof. Mieke.

Sejauh ini berdasarkan penuturan Prof. Mieke, tidak ada kendala yang dirasakan selama proses kerja sama dengan Tokyo Dental College. Karena diyakini oleh Prof. Mieke, ketulusan hati adalah kunci untuk kelancaran segala aktivitas termasuk kerja sama tersebut. Kedua belah pihak baik FKG Unair maupun Tokyo Dental College sama-sama menyambut baik.

“Kita melangkah bersama, karena Jepang juga baru memulai mendalami bidang forensik. Kerja sama semakin membuka wawasan,” imbuh Prof. Mieke.

Lebih lanjut, harapan Prof. Mieke ke depannya melalui kerja sama tersebut baik untuk mahasiswa dan pengajar yakni sama-sama bisa mengikuti perkembangan zaman. Jepang dikenal sebagai negara yang sudah maju teknologinya. Bukan tidak mungkin bahwa teknologi juga dapat membantu bidang Odontologi Forensik melalui Artificial Intelligence, sehingga Indonesia dan Jepang bisa saling mengembangkan ilmu tersebut sesuai dengan kemajuan zaman.

“Kami juga sangat membuka kesempatan kerja sama dengan institusi lain. Melalui kerja sama keilmuan, kita dapat menerapkan Sustainable Development Goals (SDGs) pada poin ke-4 dan poin ke-17. Kedunya yakni quality of education dan partnership for the goals,” terang Prof. Mieke. (gds)

source
https://unair.ac.id/