Surabaya, fkg.unair Tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR) beranggotakan Sherina Fatwa Imanu (2021), Mohammad Iqbal (2020), dan Bahtra Nuh Nurmatarahim Salam (2021) berhasil meraih juara 2 dalam gelaran Soedirman Dental Scientific Meeting 2023. Penghargaan itu diterima pada Sabtu (2/9/2023) di Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Sherina Fatwa Imanu (2021) selaku ketua tim mengungkapkan bahwa karya yang mereka buat adalah gagasan berjudul Potensi Photobiomodulation sebagai Terapi Alternatif Non Farmakologi pada Oral Traumatic Ulcer. “Kami mengulas dan membahas mengenai potensi terapi berbasis teknologi laser yang mempercepat penyembuhan luka oral traumatic ulcer yang ada di dalam rongga mulut,” katanya.

Gagasan tersebut timbul dari keresahan Sherina, dan timnya atas kejadian efek samping yang timbul akibat penggunaan beberapa obat pada pasien oral traumatic ulcer. Beberapa diantaranya adalah penggunaan obat-obatan antiinflamasi yang berisiko meningkatkan myocardial infarction, stroke, dan perdarahan gastrointestinal, yang pada lansia resikonya meningkat empat kali lipat.

Sementara itu, terapi menggunakan Photobiomodulation (PBM), kata Sherina, memiliki beberapa keuntungan mampu memberikan efek biostimulasi secara lokal tanpa mengharuskan pasien mengonsumsi obat-obatan secara sistemik. Terapi PBM juga mampu menstimulasi proses penyembuhan luka lebih cepat sekaligus mampu menurunkan rasa nyeri pada pasien.

“Kehadiran PBMT dapat menjadi opsi alternatif non-surgical treatment khususnya pada oral traumatic ulcer. Kendati demikian, PBM masih memiliki beberapa kekurangan, salah satunya prosedur pengoperasian peralatan PBM yang membutuhkan pelatihan dalam pengaturan panjang gelombang serta dosis yang dipaparkan kepada pasien,” ungkap Sharina.

Pada akhir Sherina mengatakan bahwa gagasan membanggakan yang dibuat itu memiliki peluang tinggi untuk diproduksi secara massal. Berdasarkan tinjaun yang dilakukan, sediaan tersebut nantinya akan berbentuk mirip dengan light cure. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menjamin efikasi terapi yang dihasilkan. 

“Adanya light cure yang berhasil diciptakan membuat kami optimis bahwa PBMT ini dapat direalisasikan dengan device yang mirip dengan light cure dengan panjang gelombang yang sesuai,” katanya. (*) (err)

source
https://unair.ac.id/